Selasa, 10 November 2009

Untitled

hola~ dah lama ga ngepost disini...
sekalinya buka nih blog langsung berubah drastis haha
hari ini gw mau ngasih tau karya gw~ ufufuf
sebenernya ga cukup suka buat cerita
TAPI gw males ngetik haha
cerita yang ini HARUSNYA bersambung TAPI
sekali lagi gw males ngetik hehe

let us begin the story...

____________________________________________________________________

Apakah kalian memiliki sebuah tujuan dalam kehidupan kalian? Aku yakin semua orang memilikinya. Aku juga memiliki sebuah tujuan dan sebuah janji kepada ayahku dan demi 2 hal itu aku mempertaruhkan semuanya. Tapi disaat semua tujuan itu telah terpenuhi, masihkah kalian memilikinya? Mungkin jawabannya tidak, tapi bisa saja jawabannya adalah ya, masih.

Jika kalian memintaku menjawab, aku akan menjawab tidak. Tapi jawaban itu telah tergantikan dengan tujuan sederhana yang aku yakin kalian akan tertawa jika mendengarnya. Apakah kalian bertanya-tanya? Aku akan memberikan jawabannya. Tujuan hidupku adalah membuat orang yang kusayangi bahagia.

========================================================


“Nee-chan!! Nee-chan!!” panggil perempuan berambut blonde berlari kearahku, yang tidak lain adalah adikku Alice. “kenapa Alice?” tanyaku kepadanya yang sedang mengambil napas didepanku, dasar sudah berapa kali dibilang jangan lari-lari. “tadi Seth nii-san bilang dia, oom dan tante bakal datang hari ini! Jam 7” katanya masih ngos-ngosan. Jam 7? Aku melihat jam yang telah menunjukan jam 5.30, hei!! Dia kira dia bisa datang seenaknya?! Kenapa ga bilang dari kemarin sih, payah! Kalau begini kan perlu menyiapkan steak dan lain lain.

“oh gitu, ya sudah kamu istirahat gih, nanti sakit lagi lho” kataku kepada Alice sambil menyembunyikan segala kekesalanku kepada Seth. “eh? Istirahat lagi? Aku bosan istirahat mulu nee-chan lagi pula-“ “ga da tapi tapian Alice, kamu belum 100% sembuh dan lagi pula badan kamu ga sekuat kakak” potongku. “iya deh... tapi kapan aku bisa kayak nee-chan? Bisa lari-lari sepuasku bermain-main dengan semua orang? ” tanyanya polos. aku mengelus-elus kepalanya, “kalo kamu minum obat, istirahat teratur dan berdoa pasti kamu bisa kayak nee-san asalkan kamu optimis! Ok?”, “ya nee-chan!!” lalu ia berjalanpergi ke kamarnya dengan senyuman lebar. Senang ya melihat orang senang, paling ga itu bisa meringankan kekesalanku pada seth.

Oh, aku lupa mengenalkan diri, namaku Lorina Allenier. Sejujurnya aku benci nama keluargaku karena aneh tapi,bagaimana pun aku harus bangga. Karena keluargaku adalah bangsawan terkemuka dan kepercayaan ratu. Dan juga keluargaku adalah keluarga penyihir terkenal dan aku yang akan menjadi penerusnya setelah ayah meninggal. Aturan itu sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun, anak pertama harus jadi penerus. Yah, itu sebenarnya salah satu keinginanku, menjadi penerus ayah. Oh ya, tadi alice bilang bersama oom dan tante? Ah... ini akan menjadi malam yang panjang...


Aku memakai setelan indigo kesayanganku dan mengikatkan pita kuning ke leherku lalu mencari tophat yang cocok. Dari dulu bajuku tidak pernah ada yang gaun, tidak seperti Alice. Ayah membiasakanku menjadi seorang laki-laki, disaat aku sebenarnya wanita. Kadang aku iri dengan alice. Teng teng teng suara jam di kamarku menunjukan jam 7, aku pun buru-buru berlari ke pintu utama.

-Normal POV-

“selamat datang Tuan dan Nyonya Galliene” sapa para pelayan keluarga Allenier. “selamat datang” sapa Alice. “sudah lama tidak berjumpa Alice, kau sudah besar ya” balas Lewis Galliene, yang tidak lain adalah ayah Seth dan kepala keluarga Galliene, “kau makin cantik Alice” puji Anne galliene, ibu Seth dan Istri Lewis. “iya oom, dan terima kasih pujiannya tante” jawab Alice, ah... kakak mana sih? Oom sama tante udah datang nih, bisa kena omel deh dia... pikir Alice. Seth pun melihat sekelilingnya sambil mendengus memikirkan hal yang hampir sama dengan alice. Pintu tengah terbuka menampilkan Lorry yang sedikit kehabisan napas. “maaf oom, tante aku terlambat” katanya sambil berjalan kearah mereka. “ya ampun Lorry! Kau itu sudah besar! Mengapa bisa terlambat!” Anne memulai “pidato”nya. Dengan seribu alasan dan strategi yang sudah ia siapkan saat berlari tadi, Lorry terhindar dari pidato suami-istri yang sangat stritch itu.

Malam itu pertama – tama Anne dan Lewis Galliene meminta untuk diperlihatkan seluruh isi rumah, Lorry dengan senyum buatannya menunjukan seluruh isi rumah dan seluruh kamar yang baru di bereskan 30 menit yang lalu. Setelah meminta macam-macam akhirnya makan malam pun di mulai, selama makan malam Anne dan Lewis bertanya-tanya tentang kegiatan sehar-hari Alice dan Lorry. Sejujurnya, lorry belum terbiasa dengan sifat oom dan tantenya yang berubah total terhadapnya setelah ayah mereka meninggal.

-Lorry POV-

Dulu saat mereka datang kerumah ini selalu memanjakan aku dan Alice,sekarang hanya Alice yang diperlakukan seperti itu. Bagaikan sebuah pepatah dari ayah, “lelaki itu besi yang harus ditempa, dan wanita itu berlian yang harus dijaga” apakah aku seorang laki-laki dimata mereka? Atau aku sebuah besi dimata mereka? Dari tadi aku dihujam dengan pertanyaan pertanyaan tentang masa depan keluarga ini, pertanyaan politik, ekonomi, hukum-hukum sihir yang belum ku pelajari. Hei hei! Aku bisa gila jika begini terus! Aku menggigit bibir bagian bawahku dan mengepal tangan kesal, menahan segala amarah ku yang dari dulu telahku tahan.

“ayah ibu, tidak bisakah kalian membiarkan Lorry menikmati makan malamnya sebentar saja?” kata seth tegas secara tiba-tiba. Sejujurnya aku cukup kaget mendengarnya mungkin karena aku sudah terbiasa melihat seth yang slengean. Bagaimana pun, ia bernasib sama denganku, menjadi penerus keluarga mereka. “ah itu benar, maafkan kami yang tela menanyakan terlalu banyak hal ya, Lorry” tante Anne langsung merasa tidak enak, begitupun oom Lewis. Aku hanya bisa bilang tidak apa- apa, tapi setelah ini aku harus berterima kasih kepada Seth.

Untungnya, setelah itu aku dapat mengobrol hal-hal menyenangkan bersama oom, bagaimana pun hobi kami sama yaitu menggambar. Tante pun ikut bercerita itu pertama kalinya kami mengobrol santai, aah sudah lama aku tak merasakan hal seperti ini. Sebentar – sebentar aku melihat kearah Seth dan Alice,mereka begitu dekat. Entah kenapa aku malah menjadi melihat mereka berdua. Dari dulu, Seth memang sudah dekat dengan Alice, dia juga dekat denganku tapi hubungan itu terasa berbeda, jauh berbeda. Tatapannya ke Alice dan kepadaku berbeda, kelakuannya kepada Alice dan aku berbeda, senyumannya kepadaku dan kepada Alice berbeda. Hei! Kenapa aku jadi memikirkan orang aneh itu sih?! Duh! Jangan sampe aku buat kesalahan yang sama lagi! Jangan sampe!

“wah wah, seth seru banget kamu ngobrolnya, lupa kalau ada ibu disini ya?” tante nyeletuk dengan iseng. “apaan sih! Namanya juga ngobrol, kan suka lupa sekeliling! Ibu tadi juga! Ngelupain aku!” balas Seth. “aaaah ibu ga lupain kamu kok! Kamunya aja yang ga tertarik! Ya kan,yah?” tante nyari “bantuan”, “iya tuh! Kamu tuh kerjaannya ngeles mulu!” oom ketawa. “a-apaan si yah... aku kan cuman ngobrol emang salah ya?”, “nggak apa apa kok, lah kok malah kamu yang sewot?” oom ketawa lagi. Aku hanya ikut tertawa, itu pun aku masih menyimpan perasaan asliku. Sekali lagi, aku harus mengakui bahwa aku selalu membohongi diriku lagi.

Malam itu oom dan tante pulang disaat Seth akan menginap disini selama beberapa bulan. Alice tidak bisa mengantar mereka kedepan gerbang karena sudah saatnya dia tidur. Oom dan tante memberiku beberapa nasehat dan arahan agar aku dapat memimpin keluarga dengan baik, mereka juga menyemangatiku lalu mereka pulang.

Seth langsung tersenyum lebar saat mereka pulang. “aduh aduh yang seneng!” kataku iseng. “iya donk ga ada orang tua tuh paling enak tau haha” katanya santai, “dih parah banget sih lo ah, nanti kalo dah kayak gw baru kerasa tau” balasku mengingat-ingat keadaanku yang sekarang. “woops, sori sori, gw ga maksud-“ , “gapapa kali, biasa aja sih” aku menjawab santai, sejujurnya memang ga masalah sih aku sudah terbiasa juga. Seth masih terlihat ga enak denganku, “gimana sekolah lo?” tanya ku mencoba membuat topik. “hmm, apa ya? Enak enak ga enak haha, kelas gw jadi solid gitu nilai gw juga naik” jawabnya senyum-senyum, “kalo lo? “, “sama aja, ga ada temen ga ada yang seru” jawab ku sedikit malas. “oh iya ya lo ama alice kan privat ya, harusnya gw sering-sering kesini aja ya”, “ngapain? eh alice tuh ga boleh kecapean tau!”

“sapa bilang mau nemenin alice? Gw mau maen ama lo kok” katanya santai, sedangkan aku senang setengah mati, sial! Aku ga bolah kayak gini. “Alice cerita banyak ke gw, dia punya banyak temen kan? Tapi ga boleh lari-lari ato ngalakuin kegiatan yang bikin capek aja. Disaat lo kerjaannya ngeliatin kertas-kertas tentang usaha bokap lo ama belajar sihir” sekali lagi, aku kaget, “lo ga capek apa gitu terus? Kan ada gw kenapa ga nelpon aja sih?” lanjutnya. “capek ya iyalah, tapi gw dah terbiasa kok” jawabku memalingkan wajahku. “lorry mata lo ga natap gw, jangan boong deh”

Seth menatapku tajam, aku hanya tertawa kecil dan memberikan sebuah seringai,”kalo lo ngasih tatapan kayak gitu ke anak kecil bisa nangis lho” aku tertawa kecil lagi, dia terlihat sedikit kaget. lalu tanpa sadar ternyata kami telah sampai di aula utama, “ah iya, tadi gw dah minta pelayan gw buat nyiapin cakes ama teh buat jam segini, lo mau ga? Itung-itung buat pengganti ucapan makasih gw tentang yang tadi” tanyaku, “kalo lo mau tau aja sih” tambahku. “gw mau deh” jawabnya singkat. Dia pun mengikuti ku berjalan kekamarku, ditengah perjalanan aku mendengar dia berbicara “lo berubah” , ya aku berubah itu bukan kenginanku, tapi keinginan ayah. Ayah tidak membiarkanku membuka hatiku kepada siapa pun, kecuali alice, sayangnya dulu aku sudah melanggarnya dan itu salahmu. Sekarang kau hampir membuatku berbuat kesalahan yang sama. Makanya, sekarang biarkan aku berubah.

________________________________________________________________

notes :
kebanyakan nama karakter disini diambil dari Alice In Wonderland
maaf kalau banyak typo
ini versi revisi (halah bahasanya) terbaru karena udah di edit2


0 Comments:

Post a Comment